Banyak orang yang mungkin mengenal kata materialistik, tetapi tidak tahu persis apa artinya. Materialistik adalah suatu pandangan atau keyakinan yang menganggap bahwa kebahagiaan hidup seseorang terletak pada harta benda dan kekayaan. Bagi orang yang mengadopsi pandangan ini, keberhasilan hidup diukur dari seberapa banyak kekayaan yang dimiliki.
Pandangan materialistik sering kali dikaitkan dengan konsumerisme, yaitu kecenderungan manusia untuk membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan hanya untuk memuaskan keinginan atau gengsi. Konsumerisme menjadi semakin mengkhawatirkan dengan adanya kemajuan teknologi dan media sosial yang memudahkan manusia untuk terus membeli barang-barang baru.
Sejarah Materialistik
Ideologi materialistik sudah ada sejak zaman kuno, terutama di Yunani Kuno. Pada masa itu, para filsuf seperti Demokritus dan Epicurus mengajarkan bahwa dunia terbentuk dari atom-atom dan bahwa kebahagiaan hidup dapat dicapai melalui kenikmatan jasmani dan jiwa. Pada zaman modern, materialistik muncul sebagai tanggapan atas kemajuan ekonomi dan ilmiah.
Pandangan materialistik menjadi semakin populer pada abad ke-20 ketika konsumerisme mulai merajalela. Selain itu, teori perkembangan ekonomi juga menekankan pentingnya pertumbuhan ekonomi dan konsumsi dalam menciptakan kemakmuran.
Ciri-Ciri Materialistik
Beberapa ciri-ciri orang yang materialistik antara lain:
- Menilai keberhasilan hidup dari seberapa banyak kekayaan yang dimiliki
- Terus membeli barang baru untuk memuaskan keinginan atau gengsi
- Merasa tidak puas dengan apa yang dimiliki dan selalu ingin lebih banyak
- Mengabaikan nilai-nilai spiritual dan relasional dalam hidup
- Merasa tidak bahagia jika tidak memiliki barang-barang mewah
Orang yang materialistik cenderung fokus pada hal-hal materi dan mengabaikan nilai-nilai yang lebih penting seperti kebahagiaan, kesehatan, dan keharmonisan dalam hubungan sosial.
Dampak Materialistik
Materialisme dapat berdampak negatif pada kehidupan seseorang. Beberapa dampak negatif materialistik antara lain:
- Stres dan kecemasan
- Kegagalan dalam hubungan sosial
- Perasaan tidak bahagia dan tidak puas
- Penumpukan hutang
- Kehilangan fokus pada nilai-nilai penting dalam hidup
Materialisme juga dapat berdampak negatif pada lingkungan. Konsumerisme yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan produksi barang-barang yang tidak ramah lingkungan dan menghasilkan sampah yang sulit diurai.
Cara Mengatasi Materialistik
Bagi orang yang merasa terjebak dalam pandangan materialistik, ada beberapa cara untuk mengatasi hal tersebut. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:
- Mengembangkan nilai-nilai spiritual dan relasional
- Menghargai hal-hal yang sederhana dalam hidup seperti kebahagiaan keluarga dan kebahagiaan yang diberikan oleh alam
- Mengurangi penggunaan media sosial dan iklan yang mempengaruhi konsumerisme
- Menerapkan gaya hidup minimalis dan mengurangi konsumsi barang-barang yang tidak dibutuhkan
- Mengalokasikan uang untuk investasi atau tabungan daripada membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan
Kesimpulan
Materialistik adalah suatu pandangan atau keyakinan yang menganggap bahwa kebahagiaan hidup seseorang terletak pada harta benda dan kekayaan. Pandangan ini seringkali dikaitkan dengan konsumerisme yang merajalela pada abad ke-20. Orang yang materialistik cenderung membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan hanya untuk memuaskan keinginan atau gengsi. Hal tersebut dapat berdampak negatif pada kehidupan seseorang dan lingkungan. Bagi orang yang terjebak dalam pandangan materialistik, ada beberapa cara untuk mengatasinya seperti mengembangkan nilai-nilai spiritual dan relasional, mengurangi penggunaan media sosial dan iklan, dan menerapkan gaya hidup minimalis.
Source: bing.com