Source: bing.comPolitik Divide et Impera adalah sebuah strategi politik yang digunakan oleh penguasa untuk memecah belah rakyat agar lebih mudah untuk dikendalikan. Strategi ini sudah dikenal sejak zaman Romawi kuno dan masih digunakan hingga saat ini di berbagai negara.
Sejarah Politik Divide et Impera
Strategi politik Divide et Impera pertama kali dikenal di Romawi kuno pada abad ke-3 SM. Saat itu, Romawi menghadapi banyak pemberontakan dari rakyat yang merasa tidak puas dengan kebijakan pemerintah.
Untuk mengatasi masalah ini, penguasa Romawi menggunakan strategi Divide et Impera. Mereka memecah belah rakyat dengan menciptakan konflik antara kelompok-kelompok yang berbeda. Misalnya, mereka memperkeruh perbedaan antara golongan kaya dan miskin, atau antara penduduk asli dan pendatang.
Dengan memecah belah rakyat, penguasa Romawi berhasil mengendalikan situasi dan mempertahankan kekuasaan mereka. Strategi ini kemudian diadopsi oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia.
Politik Divide et Impera di Indonesia
Di Indonesia, strategi politik Divide et Impera sudah digunakan sejak masa penjajahan Belanda. Pada saat itu, Belanda memecah belah rakyat Indonesia dengan menciptakan konflik antara suku-suku yang berbeda.
Misalnya, mereka memperkeruh perbedaan antara suku Jawa dan suku Madura, atau antara suku Batak dan suku Minang. Mereka juga menciptakan perbedaan antara agama-agama yang ada di Indonesia.
Strategi politik Divide et Impera terus digunakan oleh pemerintah Indonesia setelah merdeka. Pada masa Orde Baru, pemerintah menggunakan strategi ini untuk memecah belah kelompok-kelompok politik dan mengendalikan situasi politik di Indonesia.
Contoh Politik Divide et Impera di Indonesia
Contoh politik Divide et Impera yang paling terkenal di Indonesia adalah konflik antara suku Dayak dan suku Madura di Kalimantan Barat pada tahun 1996. Konflik ini dipicu oleh isu pengangkatan seorang kepala desa yang berasal dari suku Madura.
Beberapa orang Dayak merasa tidak puas dengan pengangkatan tersebut dan melakukan penyerangan terhadap warga Madura. Konflik ini berlangsung selama beberapa bulan dan menewaskan ratusan orang.
Konflik antara suku Dayak dan Madura adalah contoh nyata dari bagaimana politik Divide et Impera dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Konflik ini juga menunjukkan betapa pentingnya pemahaman yang kuat tentang keragaman budaya di Indonesia.
Upaya Mengatasi Politik Divide et Impera
Untuk mengatasi politik Divide et Impera, diperlukan kesadaran dan pemahaman yang kuat tentang pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa. Selain itu, pemerintah juga harus memperkuat sistem demokrasi dan kebebasan berpendapat.
Dengan sistem demokrasi yang kuat, rakyat dapat ikut serta dalam proses pengambilan keputusan dan merasa memiliki kedudukan yang sama dalam masyarakat. Hal ini dapat mengurangi kesenjangan sosial dan memperkuat persatuan bangsa.
Selain itu, pemerintah juga harus memperkuat pengawasan terhadap media massa dan internet. Media massa dan internet dapat menjadi alat yang digunakan untuk menyebarkan politik Divide et Impera, sehingga pengawasan yang ketat diperlukan untuk mencegah hal ini terjadi.
Kesimpulan
Politik Divide et Impera adalah strategi politik yang dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Strategi ini sudah digunakan sejak zaman Romawi kuno dan masih digunakan hingga saat ini di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Untuk mengatasi politik Divide et Impera, diperlukan kesadaran dan pemahaman yang kuat tentang pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa. Pemerintah juga harus memperkuat sistem demokrasi dan kebebasan berpendapat serta memperkuat pengawasan terhadap media massa dan internet.
